South East Asia Young Intelectual Invitation Program 2015 : Revitalazation of Rural Area and Creation of New Value

Pada tanggal 9 sampai dengan tanggal 18 Desember 2015 yang lalu, saya mendapatkan undangan dari Japan Foundation untuk datang ke Jepang. Tema besar dari program tersebut adalah Revitalization of Rural Area and Creation of New Value.

Seperti yang kita tahu, Jepang memiliki tiga tantangan utama sebagai sebuah negara yaitu jumlah kelahiran yang menurun, jumlah penduduk tua yang bertambah, dan stagnansi ekonomi. Jepang dikenal sebagai negara yang padat penduduk, tapi itu hanya berlaku di kota-kota besar. Bagaimana dengan kota-kota kecil. Untuk itulah 11 orang dari Asia Tenggara diundang untuk melihat program yang sudah dilakukan oleh pemerintah Jepang dalam hal ini di daerah Semenanjung Noto..

Semenanjung Noto berada di prefektur Ishikawa. Daerah Noto memiliki satu keistimewaan yaitu daerah ini diakui sebagai wilayah dengan warisan budaya bidang pertanian. Selain bidang pertanian, semenanjung Noto juga terkenal akan hasil lautnya.

 

image010Noto

Saya berangkat tanggal 8 Desember 2015, bersama dengan seorang undangan lain dari Indonesia yaitu Ari Kurniawan, seorang aktivis kegiatan ayorek.org di Surabaya. Kami berangkat menggunakan Malaysia Airline, kami sempat transit di Kuala Lumpur, dan sampai di Narita pada jam 7 pagi keesokan harinya di Bandara Narita. 11 orang dari Asia Tenggara berkumpul, dari Indoneia yaitu saya dan Ari, dari Malaysia seorang akademisi bernama Bemen, dari Singapura seorang Arsitek bernama Hann dan seorang mahasiswa S2 dari NUS bernama Ku, dari Vietnam dua orang akademisi dari kota Danang yaitu Dang dan Kim, dari Thailand ada seorang Arsitek yang kami panggil Net, dan akademisi bernama Up. Terakhir dari Filipina seorang sosio-enterpreneur Carmel dan pegawai pemerintah bernama Raison.

Selama tiga hari pertama kami tinggal di Shinjuku Washington Hotel dan menerima beberapa arahan dari Ayusawa Yoshifumi Anggota Parlemen Jepang dan Profesor Takaho Ueda Profesor bidang Ekonomi dari Gakushuin University. Melalui kedua orang ini kami mengetahui apa tantangan yang dihadapi oleh Jepang dan apa hal yang telah dilakukan oleh Jepang untuk menangani masalah tersebut.

Bersama Ayusawa Yoshifumi

Bersama Profesor Takaho Ueda

Pada hari keempat barulah kami kemudian pergi menuju daerah Noto. Kami berangkat dari Haneda Airport menuju Noto Airport. Perjalanan memakan waktu selama satu jam, dan kami tiba di sebuah bandara kecil di Noto. Salah satu media transportasi yang ada di Noto. Selama di Noto kami mengunjungi kota Suzu dan Wajima. Di sana kami melihat bagaimana pemerintah Jepang berusaha membuat beberapa lapangan pekerjaan di daerah Noto dengan mendukung usaha-usaha pertanian, pembuatan mangkok kayu di Wajima, pabrik Anggur, dan juga usaha pembuatan makanan khas daerah Noto.

Noto merupakan sebuah daerah yang menarik yang dapat menawarkan pengalaman tinggal di daerah pedesaan yang tenang dan pengalaman di daerah pertanian atau peternakan. Hal inilah yang sedang didorong oleh pemerintah Jepang agar banyak Turis yang bisa datang ke daerah Noto.

Keindahan Alam di Noto

Pengusaha Mangkok Kayu di Wajima

Kereta Wisata di Daerah Noto

Sebuah pengalaman berharga yang saya dapatkan selama berada di Jepang. Hal ini tentunya akan saya bgikan di kuliah-kuliah saya nantinya terutama untuk kuliah yang berhubungan dengan masyarakat Jepang.

Terima kasih Japan Foundation atas undangannya. Kita dapat mengambil pelajaran dari usaha Revitalisasi daerah desa di Jepang, karena bukan tidak mungkin Indonesia juga akan mengalami hal yang sama di masa yang akan datang.