Bus Otomatis siap beroperasi di Tokyo

Jepang, salah satu negara yang masuk dalam daftar negara yang banyak menggunakan robot dalam bidang industri. Negara yang sekarang menduduki peringkat 4 tahun ini mempunyai sekitar 153 ribu unit robot industri di tahun 2016.

Walaupun industri pembuatan robot dalam hal otomotif sekarang berkurang, itu tidak membuat Jepang mengurangi pembuatan robot di negaranya, karena banyak negara-negara lain yang masih menggunakan otomotif buatan Jepang, tentunya mobil-mobil Jepang seperti Honda, Toyota, dan lain-lainnya.

Jepang kini sedang mengembangkan industri mobil tanpa pengemudi atau automated cars, dikarenakan berkurangnya populasi penduduk di bawah usia 65 tahun, Jepang mulai memikirkan cara untuk melawan masalah yang masih menjadi berdebatan di semua masyarakat Jepang tersebut.

Kali ini, Jepang sedang melakukan eksperimen percobaan terhadap teknologi kendaraan otomatis di beberapa daerah – daerah terpencil yang dimana mayoritas populasi daerah tersebut adalah di atas 65 tahun.

Salah satu tempat percobaannya yaitu di daerah Nishitaka, 115 kilometer dari Tokyo. Sedikitnya ada 6300 orang yang sudah menduduki usia tua atau bisa dibilangnya 1 dari se per 3 populasi sudah menginjak usia 65 tahun, dan dengan semakin dikitnya bus yang beroperasi dan juga minimnya pengemudi bus yang masih bekerja di daerah tersebut, ini menjadi salah satu masalah di daerah tersebut.

Perusahaan developer game DeNA Co, baru-baru ini meluncurkan sebuah produk bernama robot shuttle, bus tanpa pengemudi yang bisa mengangkut 6 penumpang, pada saat masa percobaan, yang dimulai pada bulan September di prefektur Tochigi, bus tanpa pengemudi sudah mengangkut beberapa penumpang dari daerah berpenduduk ke daerah yang mempunyai banyak layanan seperti kesehatan, bank, dan lain-   lainnya.

Hiroshi Nakajima, selaku direktur otomotif perusahaan DeNa Co berkata“ kota- kota kecil di Jepang mulai kekurangan penduduk, dan kecepatannya melebihi di kota-kota, dan juga didukung dengan makin minimnya pekerja yang beroprasi dalam bidang bus maupun taksi, namun banyak daerah- daerah yang mempunyai layanan di seluruh negeri, dan mereka dapat berfungsi sebagai pusat layanan mobilitas”

Percobaan ini dibuat untuk melawan masalah layanan bus yang semakin sedikit untuk beroperasi di berbagai daerah- daerah kecil di seluruh Jepang, salah satu penduduk yang tinggal di daerah kecil di Jepang mengatakan “ saat orang-orang yang tinggal di sini makin menua, dan anak muda yang pindah ke kota-kota besar, akan menjadi lebih sulit untuk mendapat bantuan”

Ekperimen ini pun juga mengecek keamanan dari kendaraan otomatis di berbagai kondisi jalanan, seperti genangan, jalanan rusak, dan juga mengetes reaksi kendaraan ini terhadap objek yang melewati jalan kendaraan tersebut.

Kecepatan bus ini  berkisar antara 10 kilometer per jam ( 6 mil per jam), beberapa penumpang yang megikuti percobaan tersebut berkata bahwa kecepatan bus ini terlalu lambat, beberapa diantaranya menyarankan bus ini berjalan lebih cepat yakni secepat 40 kilometer per jam , opini ini masih dapat dimaklumi karena jika seseorang dalam keadaan darurat, dan butuh dilarikan ke rumah sakit, 10 kilometer per jam bukanlah kecepatan yang maksimal.

Berdasarkan tes dan eksperimen yang sudah dilakukan, pemerintah Jepang akan mengubah rest area jalan tol menjadi tempat untuk mengangkut para penumpang bus otomatis tersebut.

Nantinya bus- bus ini bisa menggunakan sistem destinasi untuk mengangkut penumpang yang ingin menggunakan pelayanan bus otomatis untuk pergi ke rumah sakit, bank, dan lain-lainnya. Jika proyek ini berjalan lancar, layanan bus otomatis ini bisa diluncurkan di area-area terpencil lainnya di Jepang pada tahun 2020 mendatang.

source : asia.nikkei.com , newswitch.jp , japan.cnet.com

Peter Handaya