Study Abroad : Jessyca Riesta

Study Abroad Corner kembali. Kali ini kita akan dengar testimony dari Jessica selama dia kuliah di Wakayama College.

Bagaimana dengan proses pembelajaran di Wakayama College?

Para sensei menjelaskan perbedaan penggunaan pola kalimat yang ada di buku dan memberi contoh, sehingga lebih mudah dimengerti. Seiring proses pembelajaran saya lebih mengerti tentang budaya orang Jepang Sekarang melihat paragraf bacaan Jepang tidak sesulit dulu. Di Jepang dituntut untuk berbicara dan mengirim email dengan bahasa Jepang. Hal itu membuat saya harus berani berbicara. Karena di sekolah ini hanya difokuskan untuk bahasa Jepang, belajar pun menjadi lebih mudah.

Bagaimana dengan kehidupan di Jepang?

Orang Jepang sangat menghargai waktu. Jika ingin ikut suatu event juga pertama-tama harus mendaftar online dahulu, dan itu ada batasnya, baru setelah mendaftar, bagi orang yang terpilih dikirimi email dan diberi batas waktu untuk membayar. Memesan hotel, tiket event, pesawat semua bisa cepat habis sama orang Jepang. Hidup di Jepang seperti jika kamu melewatkan sesuatu, tak ada kesempatan kedua lagi. Jika dilakukan secepat mungkin itu lebih baik. Lalu jika ingin jalan-jalan, mempelajari  kereta JR akan sangat membantu. Hidup serumah dengan teman juga cukup sulit, saya dan teman-teman harus bisa saling mengerti satu sama lain. Di Jepang juga kami harus menghemat listrik karena biayanya tidak sedikit. Rumah sakit di Jepang, jika ingin menemui dokter harus mengisi kertas selembar tentang detail penyakit saya, lalu rumah sakit Jepang lebih mengandalkan cara alami untuk mengobati pasiennya. Orang Jepang sangat menghargai pekerjaannya, mau pekerjaan serendah apapun, melihat mereka bekerja tetap saja bersinar. Akan tetapi pergaulan orang Jepang memang kurang bagus, sudah terlalu bebas walaupun dari depannya tidak terlalu terlihat. Tinggal di Jepang, juga menuntut saya dan teman-teman untuk menjaga kebersihan dan memilah sampah juga membersihkan dan menjaga kebersihan rumah bersama-sama. Hidup di Jepang juga menuntut saya untuk lebih bisa bergerak sendiri, dan hidup lebih mandiri. Saya senang waktu itu melihat banyak para kakek dan nenek bekerja sama membersihkan wakayama jou dengan wajah yang bersinar.

Bagaimana dengan kesan kamu bekerja paruh waktu di Jepang?

Yang terpenting adalah waktu dan kecepatan dalam bekerja. Di tempat baito saya, jika masuk lebih awal itu lebih baik karena banyak yang mesti dipersiapkan. Saya juga dituntut harus menanyakan pesanan. Awal-awalnya masih gugup akan tetapi lama kelamaan tidak segugup pertama kali. Jika ada niat dan kemauan memang pasti bisa. Kekuatan tangan dan kewaspadaan juga diperlukan ketika mengantar pesanan dan membawa ke dapur piring dan gelas yang kotor. Lalu saya harus bisa menyesuaikan diri dengan pegawai lainnya, pegawai Jepang bagaimana, pegawai orang China juga bagaimana. Pegawai orang China biasanya lebih mementingkan diri sendiri. Orang Jepang jika ingin memarahi orang lebih ke mental bukan fisik. Dan mendengar dari kakak kelas memang masih ada ijiwaru dan sabetsu.

Foto-foto