Do you Know? : Needs Vs Law, reality of refugee in Japan
Sebagai negara dengan GDP yang tinggi di dunia, seringkali Jepang menjadi negara impian untuk mencari pekerjaan. Bagaimana tidak, dengan GDP yang tinggi pernghasilan rata-rata bagi seorang yang bekerja di Jepang lebih tinggi daripada beberapa negara, terutama bagi masyarakat negara berkembang. Faktor ekonomi menjadi penarik bagi orang asing untuk ikut mencari peruntungan di Jepang.
Ditambah dengan struktur penduduk di Jepang, dimana angkatan kerja lebih sedikit dibandingkan dengan orang berumur di atas 65 tahun keatas. Hal ini tentu membahayakan sistem kesehatan di Jepang, ketika satu orang pekerja harus menanggung biaya kesehatan bagi lebih dari dua orang tua.
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh para ahli yaitu dengan mendatangkan pekerja asing ke Jepang. Namun Jepang sendiri belum sepenuhnya setuju dengan cara ini. Seperti dikutip di pidato perdana menteri Shinzo Abe ke PBB, salah satu cara yang lebih disukai Jepang adalah dengan memperbanyak angkatan kerja wanita dan lansia.
Namun dengan makin dekatnya perhelatan olimpiade 2020 di Tokyo, dan banyaknya pekerjaan infrastruktur yang harus disiapkan Jepang maka makin banyak jumlah pekerja yang dibutuhkan Jepang darimana Jepang mendapatkan pekerja untuk mengerjakan semua pekerjaan tersebut?
Salah satunya adalah dengan memanfaatkan para imigran. Mazlum Balibay, adalah seorang warga negara Turki dari suku Kurdi yang melarikan diri dari ke Jepang delapan tahun yang lalu, setelah keluarganya dibunuh.
Balibay telah mengajukan permintaan untuk mendapatkan kewarganegaraan Jepang, namun sampai sekarang dia belum mendapatkan status kewarganegaraan tersebut. Namun Balibay tetap dapat bekerja, di proyek-proyek yang diadakan oleh pemerintah Jepang. Salah satunya adalah pengerjaan jalan-jalan di Jepan
Ini merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi Jepang di masa modern ini.
Sumber : Japantoday.