Pengalaman Saya di Jepang
Oleh: Audrey Florence Bernadita (1801376481)
Satu bulan menetap di Jepang, saya sudah bisa sedikit demi sedikit mengamati maskyarakat Jepang. Pendapat saya mengenai masyarakat Jepang adalah “ kisoku wo mamoru “. Mereka benar-benar mematuhi peraturan, contohnya saja ketika di lampu lintas. Saya lihat jalanan mau sepi pun, lampu masih berwarna merah, mereka masih tetap diam di tempat sambil menunggu lampu berwarna hijau. Tempat umum seperti stasiun kereta, ada banyak sekali papan-papan yang bertuliskan peraturan. Contohnya di kereta, ada tulisan yang melarang menggunakan HP. Pengalaman saya selama ini naik kereta, tidak pernah terganggu dengan suara berisik orang menelpon, menggosip dan sebagainya. Satu gerbong itu sunyi tanpa suara berisik. Aktivitas yang mereka lakukan di kereta kebanyakan adalah main HP, baca buku, dan ketika memasuki malam, banyak diantaranya juga yang tidur. Budaya yang ada pada masyarakat Jepang adalah “aisatsu” ( salam sapa ), seperti tiga kata yang paling sering diucapkan yaitu ohayo, konnichiwa, sayonara. Setiap harinya baik di sekolah maupun di tempat kerja, kita harus bisa tegur sapa di sini. Misalnya saja ketika selesai Baito, kata yang diucapkan oleh orang lain ke saya, “ otsukare sama “. Hidup di Jepang, membuat saya terbiasa untuk melakukan tegur sapa. Hal menarik yang saya ditemukan di stasiun kereta juga mengenai eskalator. Di Jepang ketika kita naik eskalator, kita bisa melihat perbedaan sisi kiri dan kanan. Eskalator bagian kanan hanya digunakan untuk orang-orang sibuk atau yang ingin buru-buru. Maka dari itu pengguna ekalator yang berada di sisi kanan tidak diam, tapi mereka jalan dengan cepat di eskalator.
Kehidupan saya di sini banyak hal menyenangkan. Teknologi yang sangat maju, tidak ada polusi, lingkungan yang serba bersih, pemandangan yang cantik, dan cuacanya enak, bisa merasakan cuaca dingin sampai di bawah 10 derajat. Di Jepang, kita bisa menemukan vending machine di mana pun. Vending machinenya pun ada jual macam-macam, mulai dari minuman, rokok, sampai es krim pun jua ada. Mesin ATM di sini juga keren, karena canggih. Begitu juga di market ada mesin canggih yang bisa kita gunakan untuk bayar sendiri. Saya sangat terkagum-kagum dengan kecanggihan di Jepang. Terlebih lagi ketika saya pergi ke Shiyakus, saya melihat ada kereta yang menggantung di atas. Hal menarik yang saya temukan di sini adalah, orang-orangnya yang fashionable. Ya, Jepang bukan hanya hebat dalam kemajuan teknologinya saja, namun juga populer dengan fashionnya. Terutama ketika saya pergi jalan-jalan ke Shibuya dan Harajuku, saya lihat di sana penuh dengan orang yang sangat keren penampilannya. Dari penampilan yang keren, ngejreng, sampai fashion yang unik juga ada. Anak mudanya sangat modis, pintar dalam bergaya. Bahkan di stasiun Shibuya saja, saya lihat anak-anak SD sudah bisa tampil dengan modisnya. Ciri khas anak sekolahan Jepang yang pertama adalah seragamnya yang keren. Selain itu yang saya suka dari anak-anak sekolahan di sini adalah mereka menggunakan tas olahraga dengan seragam olahraganya yang keren. Saya sering melihat kumpulan anak-anak sekolah yang kompak menggunakan seragam olahraganya saat saya pergi ke stasiun.
Lalu kalau berbicara mengenai culture shock pun juga ada. Hal pertama yang saya terkejut di sini adalah ketika saya berkunjung ke Family Mart. Di sana ada rak buku yang banyak majalah dewasa dengan cover yang “parah”. Ternyata di tempat lainnya seperti supermarket maupun department store juga banyak dengan majalah seperti itu. Hal kedua adalah mengenai anak sekolahan Jepang. Sebelumnya saya tahu kalau anak sekolahan Jepang menggunakan rok yang super pendek. Pengalaman ini saya jumpai ketika saya ke stasiun. Saya lihat ada dua perempuan SMA yang menggunakan rok super pendek. Saat itu juga saya terkejut melihat rok yang mereka kenakan. Saya juga terkejut ketika selesai pulang sekolah. Saat itu saya keluar jam 5 sore, dan jam 5 sore di Jepang itu sudah gelap seperti jam setengah 7’nya di Indonesia. Ketika saya keluar saya menemukan anak kecil berjalan kaki melewati depan sekolahan saya, yang masih sekitar kelas 1 SD. Anak itu sudah bisa pulang pergi sendiri tanpa diantar orangtuanya. Saya antara shock dan juga terkagum-kagumnya dengan anak-anak kecil di sini yang sudah dilatih mentalnya sejak kecil dengan pulang pergi sendiri. Sungguh hebat. Kemudian hal terakhir yang membuat saya terkejut adalah ketika berada di tempat kerja. Di tempat kerja saya, ada banyak nenek-nenek yang bekerja. Meskipun begitu, ketika bekerja, mereka bergerak dengan gesit, dan masih sehat. Saya pun kalah dengan kegesitan mereka. Namun, yang juga saya kagum dengan mereka adalah di umur mereka yang sudah tua, masih bisa semangat mencari uang.
Lalu mengenai bahasa yang digunakan di Jepang, yang paling saya sering dengar adalah kenjougo ( merendahkan diri ) dan sonkeigo ( meninggikan orang lain ). Bahasa Jepang memang sulit, karena bahkan dua jenis bahasa ini banyak orang Jepang sendiri mengatakan sulit. Dua jenis bahasa ini saya sering dengar khususnya di tempat kerja. Para pekerja menggunakan sonkeigo pada okyaku-sama ( customer ). Saya belajar sedikit demi sedikit mengenai sonkeigo di tempat kerja saya selama dua minggu ini. Sonkeigo juga sering digunakan ketika kita berada di tempat umum, seperti adanya pemberitahuan, di kereta, mall, dan lain-lain.