Pengalaman Saya yang Berhubungan dengan Budaya di Jepang
Oleh: Nicholas Ishak (1801413426)
Hampir semua budaya di Jepang berbeda dengan di Indonesia. Seperti pada lampu merah, semua orang menunggu untuk menyebrang bahkan ketika tidak ada mobil yang sedang lewat. Selain itu, semua mobil sudah mulai berhenti ketika lampu berwarna kuning, padahal ada selang waktu 3 detik sebelum lampu sebelah berubah warna. Selain budaya berlalu lintas, budaya lain yang berbeda adalah ketika membayar di minimarket dan supermarket. Ketika membayar, mereka menyediakan sebuah wadah khusus untuk meletakkan uang, pecahan berapa pun itu. Selain itu mereka juga memiliki mesin kasir otomatis yang menghitung uang yang dimasukkan beserta kembalian yang diberikan. Meskipun begitu, para penjaga kasir masih juga menghitung uang yang dimasukkan dan yang keluar dari mesin. Ketika makan di restoran pun ada budaya yang tidak ada di Indonesia, yakni kita mengembalikan nampan yang berisi mangkok dan piring kita ke counter sendiri. Namun, sisi jelek budaya Jepang adalah adanya tempat melakukan kegiatan mesum yang terbuka secara publik. Seperti kemarin pada saat saya sedang berkeliling mencari jalan, saya tidak sengaja menemukan sebuah distrik -dimana toko-toko menampilkan foto-foto wanita berpose kurang senonoh sambil berbusana minim. Selain itu, di 711 dan toko-toko buku juga dijual buku-buku mesum yang memiliki sampul yang sejenis.