My Wasabi Experience : Chika
WASABI 2018 telah berlalu, dan berikut merupakan cerita-cerita dari mahasiswa kita yang mengikuti event tersebut.
Siapa partner dari Wakayama University yang menginap di rumah kalian?
Okamoto Moeko
Kemana saja kalian pergi dan apa yang kalian lakukan selama partner kalian berada di Jakarta?
Setelah acara pertukaran budaya di kampus usai, kami menuju kost untuk meletakkan tas dan barang bawaan serta mandi. Setelah itu, saya, Moeko, Sherly (roommate), Agnes (Housemate), Lauren (teman Agnes), serta Misae (pairing Agnes) pergi ke rumah makan Super Sambal Tanjung Duren. Menunggu sebentar, kami akhirnya dibawa ke meja. Tidak berapa lama, makanan yang kami pesan datang dan kami makan. Moeko makan dengan porsi yang relative sedikit. Untuk lauknya ia membeli ayam goreng, perkedel, dan ca tauge. Lupa kalau ada cabai di dalam ca tauge, saat mencoba sedikit, Moeko langsung menyambar jus nanas karena pedasnya sangat terasa. Sementara Misae bilang kalu itu tidak pedas. Kami pun menukarkan ca tauge dengan yang tidak pedas sama sekali. “Kalau tidak ada jus nanas, aku bisa mati kepedasan sepertinya” kata Moeko. Ia juga berkomentar kalau “korokke” (perkedel) sangat enak. Sayangnya Moeko dan Misae masih malu-malu dan sedikit enggan makan menggunakan tangan langsung.
Setelah itu, kami pergi ke Central Park Mall. Kami berenam masuk ke salah satu photobox di Fun World. Sedikit berbeda dengan purikura di Jepang, tapi tidak apa-apa, yang penting bisa mencetak kenangan kami. Setelah itu kami mampir sebentar ke Sephora, menemani Misae belanja make up. Setelah itu kami ke Carrefour untuk membeli berbagai snack dan Indomie untuk Moeko dan Misae. Setelah itu kami pulang dan tidur.
Hari selanjutnya, kami bangun dan membeli sarapan. Awalnya saya mau membawa Moeko untuk mencoba nasi kuning yang dijual di dekat kost. Namun karena masih pagi, hanya ada nasi uduk. Karena Moeko tidak kuat makan terlalu banyak, maka saya hanya memesankan separuh porsi nasi. Sialnya, beberapa lauk di situ pedas. Moeko memilih nugget ayam dan semacam pangsit saja. Saya bertanya apakah ia yakin dengan hanya dua lauk saja, dan ia mengangguk. Kami kembali ke kos dan makan di kamar. Sambil bercerita dan bertukar pendapat, kami makan dengan lahap. Setelah itu, baru kami berenam berangkat ke bandara.
Apa hal yang menarik yang terjadi selama kalian bersama?
Saat acara selesai, kami kembali ke kos untuk mandi dulu. Moeko mendapat giliran pertama untuk mandi. Saya tidak tahu bagaimana, namun saat Moeko mandi, suara air mengalir nyaris tidak terdengar. Di kost saya, ada kamar mandi dalam di setiap kamar, berisi toilet duduk dan shower dalam ruangan dengan besar sekitar 1×1.5 meter. Moeko keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang menandakan dia sudah keramas, namun saya dan Sherly tidak mendengar suara air mengalir secara terus-terusan saat Moeko mandi. Heran.
Saat berputar-putar di Carrefour, Moeko berhenti di depan dua kulkas berisi Yakult. Berbeda dengan Yakult Jepang, Yakult di Indonesia hanya ada satu macam dan warna kemasannya sama. Di kulkas itu, banyak sekali Yakult yang tersusun rapi. Moeko sampai mundur untuk mengambil foto dan mengatakan bahwa seumur hidup ia belum pernah melihat Yakult sebanyak itu tertata rapi dalam satu tempat. Moeko juga berhenti di bagian Oreo, mengatakan bahwa dimana-mana pasti ada Oreo. Kami juga menunjukkan kalua Kitkat di Indonesia rasanya hanya itu-itu saja, kalah beragam dengan Kitkat di Jepang. Moeko kaget melihat di Indonesia Kitkat berisi 4, 2, dan 1 batang saja. Di Jepang, biasanya Kitkat dikemas dalam bentuk Family Pack, untuk dibagi-bagikan dan dalam ukuran yang lebih kecil sehingga langsung habis dalam sekali makan.
Paginya saat sarapan, kami jadi banyak mengobrol masalah agama di Indonesia dan di Jepang. Ia merasa tidak enak karena menurutnya orang Jepang seperti dirinya hanya berdoa dan mencari Tuhan saat sedang ditimpa masalah saja. Mereka juga memuja banyak dewa, berbeda dengan orang Indonesia yang teguh memuja satu Tuhan saja, katanya. Ia juga penasaran tentang bagaimana kita memilih Tuhan dari banyak agama yang ada. Kami (saya dan Sherly) juga bercerita tentang masalah SARA yang masih ada sampai sekarang. Moeko sangat tertarik dengan topik itu dan berkomentar seperti “ah, susah juga ya kalau membahas diskriminasi” “tapi Indonesia kan terdiri dari banyak suku, kalian mengerti Bahasa daerah lain?”. Saya juga berkomentar seperti “waktu di Jepang sepertinya sangat enak dan damai karena orang-orang tidak akan memperdulikan apa agamamu selama kau tidak membuat masalah dan melibatkan orang lain ke dalamnya”. Saya juga bercerita tentang adanya kaum fanatik terhadap agama yang sedang dianut dan Moeko berkomentar kalau di Jepang jarang terlihat hal-hal seperti itu.
Apa saran anda untuk Kouhai anda yang ingin menjadi partner homestay pada event wasabi tahun depan?
Berani ajak ngobrol! Tanya tentang apa saja! Jangan lupa untuk minta ID LINE atau Instagram! Mereka juga sangat suka dengan batik dan akan sangat senang kalau menerimanya, bahkan langsung memakainya.