Budaya Populer dan Cultural Studies
Saya sangat tertarik dengan konsep budaya populer yang berkembang di generasi muda Indonesia. konsep budaya populer sendiri masih belum ada yang kongkrit, melainkan terdiri dari proposisi-proposisi, konsep-konsep, opini-opini dari para ahli budaya, sosiologi, antropologi, dan sebagainya. Budaya popular sering kali diasosiasikan dengan budaya massa, budaya murahan, budaya daerah, budaya kapitalisme, dan sebagainya.
Maka dari itu, istilah ‘melting pot’ yang dilontarkan Tony Bennet (dalam Storey, 1999) menurut saya pas sekali dengan konsep budaya populer.
Ketertarikan saya terhadap budaya populer didasarkan dengan pemikiran atau lebih tepatnya hasil bacaan saya terhadap pendekatan cultural studies. Dari beberapa buku yang telah saya baca, cultural studies antara lain:
– Merupakan pendekatan interdisipliner.
– Tidak ada batasan kongkrit ataupun pakem-pakem yang membentuk kajian cultural studies.
– Persinggungan antara budaya dan politik
Fokus cultural studies adalah hubungan budaya dan kekuasaan (Storey) yang dihasilkan melalui interaksi sosial masyarakat terhadap lingkungan, diri sendiri, dunia, dan sebagainya (Storey). Tokoh-tokoh penting dan produktif dalam perkembangan cultural studies antara lain; Raymond Williams, Richard Hoggart, Stuart Hall, dan lain-lain. Mereka adalah tokoh penting cultural studies Inggris.
Stuart Hall adalah salah satu pelopor culture studies Inggris. Pria kelahiran Jamaica, tapi berkebangsaan Inggris. Berdasarkan kondisi tersebut, fokus utama Hall adalah identitas dan representasi identitas. Dia sebagai individu mengalami keresahan tentang identitas sejatinya. Apakah dia orang Jamaica? Atau orang Inggris? Kemungkinan besar Hall merasakan kesulitan tentang “where do i belong?” sehingga tidak heran fokus Hall adalah tentang identitas dan representasinya. Sedangkan yang menjadi materi kajian antara lain adalah budaya populer, ideologi, identitas, dan kekuasaan.
Konsep-konsep dan teori-teori yang banyak menginspirasi perkembangan cultural studies antara lain; hegemony (Gramsci), power & discourse, post-colonial theories, imperealism, gender studies, feminism, queer theories, dan lain-lain.
Berdasarkan konsep dan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pengkajian cultural studies memfokuskan objek penelitiannya terhadap praktek-praktek budaya dan artefak-artefak budaya dari kaum marjinal, minoritas, dan terpinggirkan. Dan semua objek penelitian ini pada intinya merupakan manifestasi dari apa yang disebutkan Storey tentang hubungan budaya dan kekuasaan. Misalnya eksistensi kaum homoseksual, kondisi represi perempuan, kondisi etnisitas, dan sebagainya.
Jika kita kembali ke budaya populer yang berkembang di kalangan generasi muda Indonesia, kira-kira apa yang muncul dalam pikiran mereka ketika ditanya,”Apakah budaya populer Indonesia? Apa saja produk-produk budaya populer Indonesia? Apa saja jenis budaya populer Indonesia?