MRT Jakarta saat ini

Transportasi, merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari semua individu. Ada banyak beragam macam transportasi, salah satunya adalah MRT yang kependekan dari Mass Rapid Transit. Transportasi yang satu ini pada dasarnya adalah kereta api bertenaga listrik yang beroperasi di terowongan bawah tanah. Dan sementara itu di Jakarta, Indonesia, untuk pertama kalinya MRT Jakarta mulai dibuka pada bulan Maret 2019, memberi kemudahan kepada warga Jakarta untuk pergi ke tempat yang jauh. namun tahukah anda, sistem dan fitur MRT Jakarta dan MRT Jepang sangat berbeda satu dengan lainnya? Aritkel kali ini akan membahas perbedaan MRT Jepang dan MRT Indonesia. Enjoy!

Pendahuluan/latar belakang

MRT, yang merupakan kependekan dari Mass transit System, adalah salah satu transportasi umum yang pada umumnya bisa ditemukan di daerah yang padat penduduknya, dimana transportasi yang satu ini berupa kereta listrik yang beroperasi di terowongan bawah tanah.

Sejarahnya MRT dimulai bersamaan dengan penemuan lokomotif di sekitar tahun 1800-an. Pada awal penemuannya, lokomotif hanya dipakai dalam keperluan industri seperti angkut bahan materi seperti baru bara, dan sangat tidak cocok di kota padat dan terowongan bawah tanah. Lalu di tahun 1863, mass transit system beroperasi untuk pertama kalinya di London, Inggris.

 

MRT Jakarta saat ini

Tujuan dibangunnya MRT Jakarta adalah selain mendorong masyarakat untuk lebih sering menggunakan transportasi publik sehingga mengurangi kepadatan kendaraan di jalan, juga mengurangi jumlah karbon monoksida yang diproduksi lewat kendaraan pribadi.

Saat saya sampai di stasiun MRT di bundaran HI, banyak orang berkerumunan di depan pintu masuk stasiun MRT, lengkap dengan polisi yang bertugas mengawasi kerumunan, dan pintu masuk ke stasiun MRT tersebut sedang tutup dikarenakan banyak penumpang di bawah dan kondisi sedang ramai, tidak hanya itu juga staf yang sangat sedikit juga menjadi faktor kenapa pintu masuk MRT di bundaran HI ditutup, walaupun pintu keluar MRT Bundaran HI masih buka. Mengingat pintu masuk MRT Bundaran HI tutup, saya pun jalan kaki ke stasiun MRT Dukuh atas yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Bundaran HI.

Sesampai di stasiun MRT Dukuh Atas, pintu masuk statiun MRT di sana tidak ramai dan sepi, walaupun kemungkinan sempat ramai sebelum saya sampai. Saya pun masuk ke stasiun MRT dan mendapatkan lobi stasiun tersebut banyak pengunjungnya namun tidak terlalu padat, lengkap dengan staf-staf stasiun MRT yang sedang aktif bekerja. Hal yang paling mencolok pada saat di lobi stasiun MRT adalah belum ada mesin penjual kartu MRT otomatis, dan untuk membeli kartu MRT tersebut harus dibeli lewat petugas loket yang sudah tersedia, saya pun antri dan membeli kartu MRT. Saat saya membeli kartu MRT, saya melihat di salah satu poster yang tertempel di kaca ruang loket ada 2 jenis kartu, yaitu kartu single trip dan kartu multi trip. Kartu single trip merupakan kartu yang harus diisi ulang setiap 1 minggu sekali, bisa diisi ulang dan bisa di refund, sementara itu kartu multi trip merupakan kartu yang bisa dipakai selamanya, tidak perlu diisi ulang selama 1 minggu, dan saldonya bisa diisi ulang. Kedua kartu tersebut juga bisa diisi ulang dengan kartu flazz.

Saat saya meminta kartu multi trip kepada petugas loket, kartu tersebut masih belum ada, dan yang baru ada hanya kartu single trip. Alhasilnya, saya beli kartu single trip yang harganya 15000, ditambah dengan ongkos MRT dari Dukuh Atas ke Bundaran HI sesuai permintaan saya sebesar 1500, yang totalnya sebesar 16500. Setelah saya beli kartu single trip, saya lalu pergi melewati gerbang masuk penumpang dan menempel kartu single trip pada mesin gerbang tersebut, dan gerbang otomatis itu buka, dan saya lalu mengikuti jalan ke ruang tunggu MRT. Saya menunggu MRT rute Dukuh atas ke Bundaran HI selama 3 menit, dimana kereta MRT tiba dan saya naik kereta MRT. Tidak ada sampah berserakan di dalam MRT dan sangat bersih, namun bau di dalam MRT sangat aneh, seperti ada yang buang air kecil di dalam kereta MRT, namun kemungkinan besar bau tersebut berasal dari lem poster yang ditempel di setiap dinding kereta MRT.

2 menit berlalu, dan kereta MRT sampai di stasiun MRT Bundaran HI. Saya keluar dari kereta MRT dan ruang tunggu MRT di Bundaran HI sepi, mengingat pintu masuk MRT Bundaran HI ditutup. Saat saya naik ke lantai lobi, dan melihat banyak fasilitas yang lengkap, hampir seperti stasiun MRT Dukuh Atas, kecuali ada alfamart express yang luasnya sangat kecil. Harga minuman yang dijual disana cenderung murah, dimana saya membeli 1 minuman yang harganya 6500. Setelah itu, saya pergi antri untuk refund kartu single trip ke petugas loket. Hasilnya, saya mendapat kembali uang 15000 dalam refund kartu single trip.

Tingkat kebersihan di 2 stasiun MRT tersebut terbilang cukup bersih, mengingat ada peraturan kebersihan di stasiun MRT dimana orang yang membuang sampah sembarangan di stasiun MRT akan dikenakan denda sebesar Rp 500.000. Sementara itu tingkat manajemen masih terbilang kurang baik, mengingat pintu masuk MRT Bundaran HI tutup pada saat itu dikarenakan kekurangan staf. Tentang soal fasilitas servis, walaupun mesin penjual kartu MRT otomatis belum ada dan masih memakai petugas penjual loket, semua fasilitas dan servis seperti toilet umum, mushola, dan minimarket lengkap. Sementara itu, belum adanya kartu multi trip dan kartu MRT kurang beroperasional menjadi sebuah kekurangan lain pada stasiun MRT Jakarta saat ini.

Penutup

Secara keseluruhan, stasiun MRT di Jakarta sudah cukup bagus dan layak dikunjungi dan memanfaatkan fasilitas tersebut, walaupun masih ada kekurangan terutama pada bagian manajemen staf. Dan demikianlah pembahasan artikel tentang MRT Indonesia saat ini. Terima kasih sudah membaca artikel kali ini, dan sampai jumpa di artikel berikutnya!

Sumber:

https://www.jakartamrt.co.id/2018/10/26/peran-mrt-jakarta-dalam-wujudkan-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-pbb/

https://www.liputan6.com/bisnis/read/2328218/ini-manfaat-kehadiran-mrt-di-jakarta

 

Sean Permana