Apa bedanya sistem manajemen Jepang dan Cina?

Jika kita mengetahui bahwa sistem manajemen Jepang memiliki 3 pilar utama yaitu pada sistem kerja seumur hidup, kenaikan pangkat dan gaji berdasarkan senioritas dan serikat buruh, maka kita akan lihat bagaimana sebenarnya manajemen perusahaan Cina. Beberapa sistem manajemen ala Jepang mencakup berbagai permasalahan seprti otonomi manajerial di perusahaan Jepang, kepemimpinan, sistem pengambilan kepurusan seperti ringi, manajemen sumber daya manusia, kerja seumur hidup, promosi yang berdasarkan senioritas, persatuan usaha dagang dan sistem kompensasi.

Perusahaan keluarga milik orang Cina memiliki gaya kepemimpinan yang secara khusus otoriter yang berjalan secara alami, proses pengambilan keputusan dilkaukan mengikuti intuisi dan dengan mudah berubah. Kontrol manajemen dicirikan dengan penekanan pada loyalitas dan mekanisme assessment yang subyektif. Masalah yang terjadi di perusahaan keluarga cina adalah tingkat keluar masuk karyawan yang tinggi, terjadi penekanan terhadap karyawan yang memiliki bakat professional dan ketiadaan mekanisme yang terstruktur. Generasi baru dari manager cina yang tekah mendapatkan pelatihan dari negara Barat, juga dipaksa untuk melakukan perubahan yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara Organisasi Cina dan negara Barat. Hal yang harus diubah oleh perusahaan keluarga ini adalah memperkuat keterikatan diantara anggota keluarga inti dengan seluruh karyawan dengan cara manajemen yang terstruktur. Dengan memperjelas dan mengklasifikasi struktur organisasi dan peraturan, para karyawan yang professional dan karyawan biasa akan dengan mudah bisa mengaktualisasikan diri mereka di dalam perusahaan ini.

Bangsa cina yang merantau keluar cina khsusunya di daerah ASEAN telah mengembangkan strategi bisnis yang sukses dimana mereka berpedoman pada keuntungan yang rendah namun menguasai pangsa pasar. Dengan kemampuan negosiasi yang sangat baik, bangsa cina dengan sangat eksterm bisa berhasil dalam persaingan di pasar. Tak hanya kesuksesan saja, tak jarang kegagalan juga bisa terjadi karena buyaya spekulatif yang terjadi di sistem bisnis bangsa cina ini.

Berkenaan dengan evolusi dari lingkungan operasional perusahaan milik Negara di China, setelah 1979, pemerintah menyadari adanya desentralisasi pada saat pengambilan keputusan dan manajemen dari institusi pemerintahan ke bentuk perusahaan, sehingga mereka menjadi peserta yang baku di kompetisi pasar. Pembentukan ulang perusahaan milik negara mengakibatkan perubahan dari sistem ekonomi di China, seperti pembentukan ulang pada bidang investasi, keuangan, perpajakan, harga, sirkulai, perburuhan dan ketenagakerjaan, dll. Pada intinya, perombakan ulang dari bentuk perusahaan milik negara menaruh kepentingan yang sangat itnggi pada kesuksesan dari perubahan ekonomi di China.