Perspektif Samurai di Mata Orang Amerika
Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan beberapa film Barat yang setting di Jepang, bernuansa atau mengadopsi budaya Jepang, bahkan remake. Sebut saja The Yakuza (1974), Karate Kid (1984), Black Rain (1989), The Godzilla (1998), Street Fighter (1984), Wasabi (2001), Dragon Ball Evolution (2002), Kill Bill (2003 & 2004), The Last Samurai (2003), Lost in Translation (2003), Shall We Dance? (2004), Memoirs of Geisha (2005), Rogue Assassin (2007), Dragon Ball Z – Saiyan Saga (2012), The Wolverine (2013), 47 Ronin (2013), Suicide Squad (2016) dan lainnya.
Kali ini saya sedikit bingung melihat film barat yang ada percampuran dengan sejarah Jepang, yakni film “47 Ronin”. Film arahan Carl Erik Rinsch telah menyajikan sejarah budaya Jepang dipadu dengan mitos fantasi, genre-nya fantasy action film. Bagi yang tidak kecewa nonton film ini, sebaiknya jangan baca ulasan berikut ini.
47 Rōnin atau yonjūshichishi (四十七士) yang dalam sejarah aslinya adalah cerita tentang Akō Rōshi (赤穂浪士), ronin dari Akō yang berniat untuk pembalasan dendam di bawah pimpinan Ōishi Yoshitaka (大石 良雄) yang membalas dendam atas kematian majikan bernama Asano Takumi (浅野 長矩) dengan cara melakukan penyerbuan ke rumah kediaman pejabat tinggi istana Kira Yoshinaka (吉良 義央) dan membunuhnya.
Dalam film 47 Ronin, sejarah yang dijelaskan diatas tersebut, ada sosok “half-breed” yang disebut-sebut karena dia keturunan Inggris-Jepang. Orang Jepang memanggilnya “Kai” (魁) yang artinya penyerang depan, pelopor, perintis, dan pemimpin. Awal dari cerita ini, Kai yang melarikan diri dari kuil Tengu (天狗) diselamatkan oleh Asano Naganori dari Kekaisaran Akō. Kai tidak ditempatkan di istana Kaisar, dia di tempatkan di hutan yang sedikit jauh dari istana. Di dalam konsep kekeluargaan Jepang yang dikenal dengan Ie (家) ini merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga dan tempat mereka melakukan kehidupan sosialnya. Hubungan yang terjadi antara keluarga-keluarga Jepang di dasarkan pada adanya ikatan ie yang diturunkan dari generasi ke generasi. Keluarga Jepang mempunyai struktur dan fungsi kekerabatan yang tidak bisa disamakan dengan konsep family yang ada di negara barat.
Dalam masyarakat Jepang, hubungan sosial yang bersifat ikatan kekerabatan semu dalam kehidupan berkelompok (shinzoku teki). Hubungan ini tidak harus berdasarkan ikatan darah, tetapi lebih didasarkan pada kebersamaan menanggung kehidupan sehari-hari. Tokoh utama yang bernama Kai dalam film “47 Ronin” ini diinterpretasikan oleh sutradara dari Amerika ini banyak plot yang diubah dan ditambahkan sesuai dengan narasi yang sesuai dengan perspektif barat. Cerita film ini dilatarbelakangi pada era Edo, namun dialog yang dipakai umumnya menggunakan bahasa Inggris. Padahal pada tahun sekitar 1800-an itu, umumnya orang Jepang belum banyak yang bisa berbicara bahasa Inggris. Fashion yang mereka kenakan juga mengalami percampuran budaya antara Jepang, Cina, dan Barat.
Masih banyak lagi film-film Barat yang mungkin kalian bisa lihat percampuran budaya yang merupakan apresiasi dan interpretasi budaya dari negara lain. Dari berbagai macam percampuran budaya ini, kalian bisa lihat dari sisi politik, market, budaya, ekologi, dan sebagainya, tapi bukan untuk merendahkan karena pergeseran budaya atau hal lainnya. Apakah film ini juga sama halnya pada masa lalu? Cerita tersebut dikenal dengan cerita Kanadehon Chūshingura (仮名手本忠臣蔵), yakni kumpulan cerita pengikut yang setia dan mengagungkan kesetiaan para ronin. Penulis cerita menyamarkan nama-nama tokoh yang terlibat peristiwa Akō Rōshi untuk menghindari konflik dengan pemerintahan Bakufu. Judul Kanadehon Chūshingura juga mempunyai arti terselubung yang sama artinya dengan angka 47.
Referensi:
- List of Films set in Japan. http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_films_set_in_Japan
- 『47 RONIN』感想あらすじ 忠臣蔵なのにジャイアントゴーレム登場って!https://bushoojapan.com/theater/mushacinema/2019/07/03/103811
- The Tale of the 47 Ronin. https://www.thoughtco.com/the-47-ronin-story-195577