Anime Pilgrimage

Cukup banyak cerita anime dan manga yang mengambil inspiasi dari sebuah tempat di dunia nyata dan meminjam pemandangannya. Penggema karya-karya ini menganggap lokasi-lokasi ini sebagai “tempat suci” dan sering mengunjunginya.

Seichi Junrei (“聖地巡礼”, mengunjungi tempat sakral) sudah menjadi kata penting dalam beberapa tahun terakhir, tetapi yang dimaksud disini bukanlah tentang mengunjungi suatu tempat dengan tujuan religi. Istilah ini mengacu pada ziarah Anime (Anime Pilgrimage), yaitu mengunjungi lokasi yang terkait dengan serial Anime favorit kita. Jenis pariwisata macam ini sedang digandrungi oleh penikmat anime dan manga hingga Asosiasi Pariwisata Anime (Anime Tourism Association), telah merilis 88 tempat yang bagus untuk ziarah anime (Anime Pilgrimage) setiap tahun sejak tahun 2018.

Tren ziarah ini dipicu oleh penggunan latar tempat nyata sebagai model latar belakang tempat dalam suatu Anime. Hal ini diakibatkan oleh bertambahnya perhatian tentang detail konten dan produksi anime.

Kecintaan Jepang pada anime tumbuh pada periode pasca perang, tetapi ada suatu masa ketika anime itu kebanyakan ditujukan untuk penonton anak-anak. Namun, sejak sekitar pertengahan tahun 1990-an, semakin banyak serial televisi yang ditujukan untuk penonton dewasa awal. Selama tahun 2000-an, ada lonjakan tiba-tiba dalam anime larut malam untuk pemirsa dewasa, dengan lebih dari 150 seri diproduksi setiap tahun. Penonton pun tumbuh lebih bijak pada saat yang sama, menekan pembuat konten untuk tidak memberikan mereka produk yang tidak rapi atau terburu-buru. Pemirsa menuntut penerapan teknik yang lebih canggih dalam semua aspek anime, dari karakter dan cerita, hingga arahan , skrip dan gambar. Belakangan, permintaan yang meningkat ini mengarah ke fokus yang lebih kuat pada realisme dalam karya yang lebih bertumpu pada lokasi dalam kehidupan nyata yang digambar dengan seksama. Ziarah Anime (Anime Pilgrimage) muncul saat penonton menyadari bahwa mereka sekarang dapat mengunjungi tempat-tempat yang muncul di acara kesukaan mereka.

Asal muasal dimulainya trend ini sulit ditemukan. Fenomena ini baru diketahui muncul ketika banyak penggemar dari seri Onegai, Teacher! (tayang pada tahun 2002) yang bersetting di sekitar daerah Danau Kizaki di Ōmachi, Prefektur Nagano. Pada tahap ini, para penggemar hanya melakukan kunjungan biasa, otoritas lokal serta shopping street disana tidak berusaha untuk menyambut mereka.

Kuil Washinomiya yang muncul di Anime Lucky Stars

 

Media pertama kali memberikan perhatian yang serius ketika para penggemar anime Lucky Star datang ke Kuil Washinomiya di Kuki, Prefektur Saitama, dan para pebisnis memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan keuntungan. Anime Lucky Star yang ditayangkan pada tahun 2007 ini menarik minat banyak orang untuk mengunjungi kuil dan distrik tersebut. Walaupun pada awalnya orang orang yang di shopping street lokal kebingungan, toko-toko disana akhirnya mengadakan event “Stamp Rally” yang mendorong para pengunjung untuk pergi ke daftar lokasi yang telah ditentukan untuk melengkapi set stempel setelah mengunjungi tempat tersebut. Mereka juga memasarkan beberapa barang khusus yang berkaitan dengan seri populer tersebut.

Selama beberapa tahun, fenomena ziarah anime (Anime Pilgrimage) ini utamanya merupakan hal yang terbatas pada subkultur dari penggemar muda. Namun kesuksesan luar biasa dari anime Kimi no Na wa pada tahun 2016 mengubahnya.

Anime tersebut menjadi film terpopuler kedua yang ada di Jepang, yang menarik penggemar bahkan orang-orang dari luar circle anime tradisional untuk  mengunjungi lokasi-lokasi seperti Hida di Prefektur Gifu dan Danau Suwa di Prefektur Nagano. Hal ini membuat ziarah anime (Anime Pilgrimage) pada perhatian publik umum.

Kunjungan penggemar ini dapat membawa kehidupan baru pada daerah-daerah yang mengalami depopulasi. Sejak tahun 2012, semakin banyak perusahaan anime yang menjalin kerja sama dengan otoritas lokal sejak awal produksi mereka.