Wanita Perkasa Zaman Perang Jepang
Minasan Konnichiwa!
Pada kesempatan kali ini mari kita membahas sesuatu yang menarik mengenai sebuah profesi yang bisa membawa Jepang sampai saat ini. Yap! Tentu itu Samurai. Samurai adalah tentara Jepang pada masa pra industri Jepang. Sebelum menjadi seorang Samurai, mereka hanyalah para petani yang mengabdi untuk melindungi tanah yang dikuasai agar tidak direbut lawan. Saat kita belajar mengenai sosok samurai, yang di benak kita pastinya sebuah profesi yang membutuhkan keberanian, tidak pantang menyerah, gagah dan diperuntukkan untuk laki-laki. Namun sebenarnya, samurai juga ada yang berjenis kelamin perempuan, loh!
Samurai yang berjenis kelamin perempuan disebut onna bugeisha (女武芸者). Sama seperti samurai pada umumnya, mereka bertarung sesama samurai dengan kemampuan menggunakan senjata tajam, memanah, serta berkuda. Mereka menggunakan naginata, kaiken, dan tanto untuk perlengkapan perang mereka. Mereka ada karena tidak semua samurai laki-laki bisa menjaga desanya, karena samurai laki-laki harus berburu, pergi ke daerah lain, dan sebagainya. Banyak sekali contoh-contoh sosok onna bugeisha yang sejarahnya masih ada yaitu, Nakano Takeko, Permaisuri Jinguu, Tomoe Gozen, Kisho Tsukuda, Hojo Masako, dan lain-lain.
Mari kita membahas singkat salah satu sosok terkenal onna bugeisha, yaitu Permaisuri Jinguu. Perempuan ini adalah Samurai perempuan sekaligus seorang kaisar yang berkuasa di tahun 201 menggantikan suaminya Kaisar Chuuai yang meninggal dalam perang. Permaisuri Jinguu mencapai kemenangan yang mengesankan dimana dia membawa perubahan ekonomi dan sosial dan menang dalam pertempuran melawan Korea. Sampai akhirnya kekuasaannya digantikan dengan anaknya yaitu Kaisar Oojin.
Namun sayangnya, cerita dari onna bugeisha harus berhenti sampai pada berakhirnya zaman Edo. Masuknya ajaran Neo-Konfusianisme merubah pandangan wanita yang kekar dan seorang petarung menjadi wanita yang hanya berprofesi sebagai perawat anak, ibu rumah tangga yang baik, tunduk dengan suami, tenang, elegan, dan anggun. Namun, sejarah onna bugeisha tercatat dalam lembaran uang Jepang tahun 1881 dimana Permaisuri Jinguu terukir disana.
Walaupun kisahnya tidak semenarik samurai laki-laki yang bisa menaklukan Jepang, setidaknya peran perempuan dalam berperang juga pernah digunakan sebelum masuk ke dalam zaman perempuan yang anggun dan elegan. Perjuangan perempuan tidak berhenti dalam perang saja, melainkan perjuangan dalam berumah tangga, mengurus anak, dan sebagainya yang juga tidak kalah sulit dibanding berperang.
Sumber :
Nowaki, R. 2015. Woman Warriors of Early Japan. University of Hawai‘i at Hilo: Hohonu(13), 63-68.
Hastings. C . 2018. Kiprah Samurai Perempuan Onna-Bugeisha Era Feodal Jepang ‘Dihapus’ Dari Sejarah. Vice. Diunduh tanggal 13 April 2020. https://www.vice.com/id_id/article/a383aj/kiprah-samurai-perempuan-onna-bugeisha-era-feodal-jepang-dihapus-dari-sejarah
Erlivian Herlivia
2101628253