Barakamon : Anime Ringan dengan Cerita dan Pesan Moral yang Seimbang

Pada tahun 2014 silam, banyak bermunculan anime anime baru yang menarik perhatian para penggemar anime. Pada tahun ini, anime bertema action cukup mendominasi jajaran anime yang tayang saat itu. Anime seperti Tokyo Ghoul, Akame ga Kill!, dan Zankyou no Terror merupakan anime bergenre Action yang tayang pada tahun 2014 silam.

Namun, ada satu anime bergenre slice-of-life yang cukup menarik tayang pada musim panas tahun 2014. Barakamon merupakan seri anime yang diadaptasi dari manga berjudul sama yang ditulis dan diilustrasikan oleh Satsuki Yoshino, yang kemudian diserialisasikan di majalah Gangan Online dari penerbit Square Enix  mulai dari edisi bulan Februari tahun 2009 hingga berakhir pada edisi Desember tahun 2018. Manganya memiliki total 18 volume yang telah diterbitkan secara terpisah.

Barakamon diadaptasikan menjadi anime oleh studio Kinema Citrus dan ditayangkan di Jepang antara bulan Juli hingga September 2014 (anime musim panas 2014), menceritakan tentang seorang kaligrafer Shodo bernama Seishuu Handa yang dikirimkan ayahnya menuju pulau Goto yang cukup terpencil di bagian pantai barat Kyushu dan berbagai macam interaksinya dengan penduduk lokal yang menarik dan menginspirasi. Sebuah manga spin-off yang berjudul Handa-kun memulai serialisasinya pada majalah bulanan Shonen Gangan edisi bulan November 2013 dan mendapatkan adaptasi anime oleh studio Diomedea pada tahun 2016 (ditayangkan antara bulan Juli dan September 2016).

Cerita Barakamon berpusat pada Seishuu Handa, seorang kaligrafer Shodo professional, walaupun usianya masih muda. Ketika seorang kurator berusia lanjut mengkrititik kaligrafi Seishuu dengan mengatakan bahwa karyanya “membosankan” “kaku” “terlalu standar” “hambar”, Seishuu yang mengabdikan dirinya untuk seni shodo ini tak terima karyanya dikatai seperti itu, lalu memukul kurator tua tadi dengan penuh amarah di tempat pameran. Kelakuannya ini tentu saja membuat pengunjung pameran menjadi panik. Ayah Seishuu yang juga merupakan seorang kaligrafer shodo mengirimnya untuk pergi ke kota kecil Goto untuk “merefleksikan” dirinya disana.

Konomon, makanan ikonik yang muncul di anime Barakamon

 

Awalnya, ia menganggap “pengasingan” ini sebagai suatu beban, di tempat yang sama sekali tidak kamu ketahui, tanpa adanya orang yang dikenal tentu saja membuat kamu merasa tak aman. Pada awalnya memang tersa seperti itu, tapi setelah ia bertemu seorang bocah yang bernama Naru Kotoishi dan berinteraksi dengan penduduk lokal, pikiran Handa tentang “pengasingan” ini berubah total, ia mempelajari banyak hal baru dari penduduk setempat, tidak hanya tentang pelajaran hidup, tetapi juga banyaknya berbagai macam hal unik yang tidak bisa ia temui ketika di kota, seperti adanya lomba memungut mochi ketika ada penduduk desa yang memliki kapal baru dan juga suatu makanan yang disebut “konomon” yang rasanya membuat Handa ketagihan dengan makanan ini. Campuran antara episode komedi dan sisipan pesan moralnya tidak membuat penonton merasa seperti digurui sehingga penonton dewasa pun dapat menikmati jalan ceritanya.

Judul dari seri ini berarti “orang yang energik atau ceria” dalam dialek lokal kepulauan Goto. Judul dari episode pertama yang juga disebut “Barakakodon/ばらかこどん” yang mana juga berarti “anak yang energik / ceria”, merujuk kepada Naru Kotoishi, seorang anak hiperaktif yang senang “mengganggu” Handa untuk diajak bemain. Setiap episode dalam anime ini ditulis dengan dialek dari kepulauan Goto (latar tempat dari cerita ini) disertai dengan terjemahannya dalam bahasa Jepang standar agar penonton bisa lebih paham. Anime ini bisa ditonton bersama keluarga, tema slice-of-life yang diangkat oleh anime ini bisa dibilang cukup ringan tanpa adanya konflik yang terlalu serius.