Konsep Dasar Manajemen Jepang : Sistem Kerja Seumur Hidup
3 pilar konsep dalam manajemen Jepang yang dianggap sebagai kunci keberhasilan dari perusahaan Jepang adalah: lifetime employment, seniority, enterprise unions. Pandangan tersebut adalah berdasarkan gambaran budaya manajemen Jepang yang heterogen pada masa J Abegglen mengungkapkan hal tersebut, dan hal itulah yang oleh orang luar (non Jepang) dianggap sebagai landasan pendorong produktivitas yang tinggi di Jepang sejak akhir 1970,
Kemudian, bila disimak dalam sejarah, dunia pendidikan di Jepang tidak memberikan pendidikan kejuruan, sehingga pada waktu itu, pendidikan dan pelatihan kejuruan bagi karyawan, dianggap sebagai tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh masing masing perusahaan, dan diberikan sejak karyawan diterima dan masuk bekerja pada perusahaan, misalnya pendidikan dan pelatihan melalui OJT, serta hasil dari akumulasi pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman kerja. Sehingga, yang dianggap paling penting dalam konsep HR Management di Jepang, adalah pendidikan dan pelatihan karyawan di dalam perusahaan.
Menurut Peter Frikola dalam papernya yang berjudul Japanese Management Practices Past and Present, sistem kerja seumur hidup ini mengacu kepada kepada praktek dimana memperbolehkan para pekerja untuk bekerja di satu perusahaan selama masa hidup mereka. Kesepakatan mengenai praktek iniĀ tidak tertulis dan tidak ada kontrak tertulis yang menjamin bahwa seorang pekerja sebagai individu dapat tinggal di sebuah perusahaan sampai dengan masa pensiun. Konsep ini terbatas untuk para lulusan SMU dan universitas dengan jenis kelamin laki-laki di perusahan skala besar. Pekerja wanita umumnya adalah pekerja part time dan disarankan untuk berhenti bekerja setelah menikah. Sistem ini diintegrasikan ke perusahaan melalui praktek dari sistem rekruitmen, pelatihan dan transfer. para lulusan ini berarti mereka akan bergabung dalam 1 perusahaan setelah lulus dan bekerja sampai umur 55. Lulusan akan direkrut di tahun terakhir ketika mereka masih di SMU atau universitas.
Kaum muda Jepang sangat mengerti bahwa mereka akan mencari perusahaan, bukan jenis pekerjaan. Perekrutan berarti sebuah pertukaran komitmen. Pekerja berkomitmen untuk bergabung pada sebuah perusahan dan perusahaan berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap pekerja tersebut selama mungkin (as long as possible). Pekerja yang baru direkrut akan mendapatkan training secara umum dalam beberapa bulan. Dan training bukan training untuk mendapakan keahlian khusus, namun training mengenai perusahaan, cara bekerja dan kebiasaan, peraturan di perusahaan. Karyawan ditempatkan di sebuah divisi tanpa ada pilihan dan belajar dari senior di divisi tersebut. Setiap 3-5 tahun pekerja akanĀ ditransfer ke divisi lain yang biasanya berlokasi di daerah lain. Transfer ini akan dialami oleh para pekerja sampai berumur 30-40 tahun.