Association of Asian Studies Annual Conference 2018 @Washington DC
Pada tanggal 22-25 Maret 2018, Association for Asian Studies, Inc. kembali mengadakan AAS 2018 Annual Conference di Washington, D.C. Peserta dari Indonesia berangkat dari Indonesia ke bandara Dulles, Washington via Dubai dalam waktu lebih dari 27 jam. Setiba di Washington yang awalnya diperkirakan musim semi yang suhunya sekitar 10 derajat celcius, ternyata turun salju dan suhu menunjukkan -5 derajat celcius. Beberapa peserta dari Indonesia termasuk saya tidak ada persiapan menghadapi Cuaca yang cukup ekstrem ini.
Saya dan beberapa peserta dari Indonesia mendapat sponsor dari The Japan Foundation yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang berhubungan dengan Jepang.
Dalam acara AAS 2018 Annual Conference yang diadakan di hotel Marriott, Wardman Park, pada tanggal 25 Maret kami telah mempresentasikan sebuah perspektif budaya Islam dengan budaya populer Jepang yang bertema “Islam and Japan Pop Culture”
Pembicara pertama dibawakan oleh Ranny Rastati dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dengan judul “Hijab Cosplay Phenomenon, between Syar’i and Stylish” yang membahas tentang fenomena gerakan para gadis hijab Indonesia yang ber-cosplay karakter pop Jepang. Para gadis ini tetap sesuai dengan hukum Islam (Syariah), namun apresiatif terhadap budaya pop Jepang.
Pembicara kedua dibawakan oleh Himawan Pratama (Universitas Indonesia) dengan judul “Negotiation between Japanese Culture and Islamic Values in Japan-themed Indonesian Islamic Literary Works” yang membahas karya sastra Indonesia yang berhubungan dengan Jepang, seperti budaya berpakaian, komunikasi, maupun percintaan. Selanjutnya Suraya Md Nasir (School of Manga, Kyoto-Japan) mengangkat sebuah judul “Islamic Manga: Expression and Identity Construction in Malaysia” yang membahas tentang komik manga dengan bertemakan Islam. Suraya yang sekarang sedang meneliti dan mencoba menciptakan manga yang ceritanya tentang seorang gadis yang mengenakan hijab dengan karakter Islam ini mencoba membuat sebuah perspektif baru dalam budaya Syariah Islam dengan budaya Jepang.
Pembicara terakhir dibawakan oleh saya dengan judul “Omotenashi Concept through Halal Food in Japan” yang membahas sebuah kesadaran masyarakat Jepang dalam melayani wisatawan dan masyarakat yang beragama Islam yang ada di Jepang dengan mengusahakan dan menciptakan makanan dan bahan baku halal. Dalam usaha ini, pemerintah Jepang juga berharap perusahaan menengah-kebawah dapat berkembang dan dapat menciptakan persahabatan kaum Muslim dengan masyarakat Jepang.
Dari konfrensi ini, kami telah mendapatkan pertanyaan yang bagus dan berguna untuk penelitian lebih jauh dan kami sangat berterima kasih kepada The Japan Foundation yang telah memberikan kesempatan yang sangat berharga ini untuk penelitian lebih lanjut.